Apakah Siswa di Indonesia Butuh Susu Setiap Hari?

Terpilihnya Prabowo Subianto selaku presiden baru pada pemilu 2024 ini mengingatkan kita pada rencana program yang akan dilaksanakan. Pada kampanye lalu, Prabowo  Subianto menjanjikan program makan siang dan pemberian susu bagi seluruh siswa pra-sekolah hingga SMA/SMK.

Pada artikel ini kami akan mengulas terkait rencana program pemberian susu bagi seluruh siswa. Terkait program makan siang, kami sudah mengulas pada artikel sebelumnya.

Apakah pemberian susu gratis bagi seluruh siswa setiap hari adalah program yang menjanjikan bagi siswa di Indonesia?

  1. Intoleransi Laktosa

                Indonesia merupakan negara yang masuk dalam kategori tinggi intoleransi laktosa. Selain dipengaruhi etnis, usia ternyata juga berkaitan dengan kejadian intoleransi laktosa. Tidak banyak data terkait kejadian intoleransi laktosa di Indonesia, namun penelitian terdahulu menunjukkan bahwa prevalensi gangguan penyerapan laktosa sebesar 21.3% terjadi pada anak usia 3-5 tahun, 57.8% terjadi pada anak usia 6-11 tahun dan 57.8% terjadi pada anak usia 12-14 tahun. Efek dari intoleransi laktosa pada anak-anak Indonesia dari yang paling sering muncul diantaranya nyeri perut, distensi abdomen, mual, flatulen, dan diare. 

                Dengan tingginya angka intoleransi laktosa pada anak Indonesia, maka sudah semestinya rencana program pemberian susu perlu dikaji ulang. Terlebih Indonesia sangat kaya dengan protein hewani dari makanan lokal.

  2. Impor

                Jika dibandingkan antara kebutuhan susu sapi dan ketersediaan susu sapi, kondisi di Indonesia masuk dalam kategori defisit. Data BPS tahun 2020 menunjukkan kemampuan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) hanya hanya memenuhi sebesar 22% kebutuhan susu nasional. Sehingga, 78% pemenuhan susu di Indonesia masih berasal dari impor.

    Kemampuan peternak sapi nasional di Indonesia saat ini belum mampu menyediakan produksi susu sapi yang berkualitas meskipun telah diadakannya program SIKOMANDAN oleh Kementerian Pertanian. Program tersebut bertujuan untuk melakukan percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau dengan empat proses bisnis (peningkatan kelahiran, peningkatan produktivitas, keamanan dan mutu pangan, dan pemerataan penyediaan pangan).

    Lalu, bagaimana apabila kebutuhan susu meningkat pesat? Tentunya impor susu akan lebih besar lagi. Apakah bijak untuk memaksakan program yang mengakibatkan impor sebesar-besarnya?

  3. Kebutuhan Protein

    Angka kecukupan protein hewani masyarakat Indonesia masuk dalam kategori rendah. Umaroh, R. & Vinantia, A menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 meneliti penyebab asupan protein hewani yang rendah dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan rumah tangga. Jadi, solusi meningkatkan asupan protein sebenarnya cukup kompleks. Bukan sekedar dengan pemberian susu, namun perlu adanya suatu pembenahan dalam stabilitas harga, khususnya harga bahan pangan sumber protein hewani. Selain itu, perlu adanya peningkatan edukasi dalam pentingnya konsumsi makanan sumber protein hewani.

  4. Keamanan

                Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang mudah untuk dikonsumsi. Namun, disisi lain manajemen susu tidaklah mudah karena susu sangat mudah terkontaminasi. Ada banyak sekali kasus keracunan akibat konsumsi susu pada siswa. Beberapa kasus keracunan akhir-akhir ini antara lain kejadian ratusan siswa di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, puluhan siswa di Boyolali, puluhan siswa di Bandung Barat, hingga puluhan siswa di Tangerang Selatan.

    Dari banyaknya kejadian ini, apabila program pemberian susu akan dilaksanakan maka perlu pengawasan yang ketat dari proses produksi, distribusi hingga konsumsi.

  5. Program Terdahulu

                Program pemberian susu gratis bagi siswa sekolah di Indonesia sebenarnya sudah pernah dilakukan. Misalnya saja bantuan pembagian susu bagi sebagian siswa SD di Jawa, Sumatera Barat, NTB, NTT, Sulawesi dan Bali saat masa krisis ekonomi tahun 1999 dari Pemerintah Amerika Serikat. Pada saat itu, diinstruksikan pemberian susu diberikan di dalam kelas dan diminum habis (tidak boleh dibawa pulang), setelah itu bungkusnya dibakar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pemalsuan. Meski praktek di lapangan tidak demikian. Tidak semua siswa bisa mengkonsumsi susu, bahkan tidak jarang susu dibawa pulang dan dikonsumsi orang lain yang bukan sasaran penerima. Program ini tidak berlangsung lama, hanya berjalan hingga awal tahun 2000an.

    Tentunya kita perlu mengulas kembali banyak hal yang dapat kita pelajari dari sejarah program terdahulu. Beberapa kejadian yang juga dapat diambil pelajaran pada program ini antara lain tahun 2005 terdapat keracunan susu dari bantuan pemerintah Amerika Serikat tersebut di SD 07 Belakang Tangsi Padang. Ada juga kejadian keracunan susu dari program tersebut pada ratusan siswa SD di Surabaya.

Penulis : Lisa Rosyida, S.Gz, RD

Editor : Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D

Sumber bacaan:

http://www.agrina-online.com/detail-berita/2011/05/23/20/3005/susu-untuk-anak-sekolah

https://dietpartner.id/makan-siang-gratis-atasi-stunting-apakah-tepat/

https://diskominfomc.kalselprov.go.id/2020/02/19/program-sikomandan-bantu-percepatan-populasi-sapi-dan-kerbau/

https://koweh.blogspot.com/2016/04/susu-coklat-yang-menyebalkan-cerita.html

https://news.detik.com/berita/d-503456/minum-susu-bantuan-as-14-siswa-sd-di-padang-keracunan

https://satudata.pertanian.go.id/assets/docs/publikasi/FINAL_OUTLOOK_SUSU_2022.pdf

https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1270&context=jepi

https://twitter.com/dimasjayasakti/status/1088453003189792770

https://www.danonenutrindo.org/media/pdf/publication/international_journals/2015/Lactose%20intolerance%20in%20Indonesian%20children.pdf

https://www.denpasarkota.go.id/berita/lima-sekolah-dasar-di-denpasar-dapat-susu-amerika

Leave a comment

Dampak Covid