PUASA SEHAT BAGI ANAK

Puasa dibulan ramadhan merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim. Menahan lapar dan dahaga dari terbit hingga terbenam matahari perlu dilatih sejak masih kecil. Bagi anak-anak puasa bukanlah ibadah yang wajib. Namun, apabila tidak dilatih sejak kecil maka saat dewasa akan berat menjalaninya. Tidak ada patokan usia minimal bagi anak untuk berlatih menjalankan ibadah puasa. Orang tua lah yang paling tahu kapan mengajak anaknya untuk belajar berpuasa. Di Indonesia, rata-rata orang tua mulai melatih anaknya untuk berpuasa pada usia 5 tahun atau usia TK. Pada fase awal, orang tua dapat melatih anak untuk puasa setengah hari atau biasa disebut dengan ‘puasa bedug’. Anak menjalankan puasa dari terbit matahari sampai terbenam matahari, namun dengan jeda makan dan minum pada pukul 12 siang atau waktu zuhur. Jika anak sudah mampu menjalani puasa setengah hari, maka dapat dilanjutkan puasa sehari penuh.

Puasa dapat memberikan efek positif bagi kesehatan dan pola hidup ketika pola makan diatur dengan baik. Namun, jika tidak diatur dengan baik puasa justru membahayakan kesehatan anak. Beberapa poin yang perlu diperhatikan orang tua apabila anak menjalankan ibadah puasa, antara lain:

  1. Pastikan kondisi kesehatan

    Apabila kondisi kesehatan sedang menurun, orang tua dapat mempertimbangkan untuk menunda puasa (misal: demam, diare, mual). Pada anak dengan penyakit tertentu (misal: diabetes mellitus tipe 1, gangguan ginjal, dll) perlu melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

  2. Pantau klinis anak

    Kondisi klinis yang dapat dipantau antara lain mulut, mata, kulit, rambut, urin. Perubahan kondisi klinis merupakan salah satu tanda bahwa asupan zat gizi anak ada yang tidak terpenuhi atau anak mengalami penurunan kesehatan.

  3. Pantau berat badan

    Pada anak dengan status gizi kurang/kurus, puasa sebaiknya ditunda. Orang tua perlu segera mengejar target untuk mencapai status gizi baik. Anak gizi kurang sangat rentan terkena penyakit. Jika dipaksakan berpuasa, maka dapat membahayakan kesehatannya.

    Saat berpuasa, berat badan sebaiknya ditimbang secara berkala. Penurunan berat badan yang drastis (berat badan turun lebih dari 5%), atau bahkan penurunan status gizi menunjukkan bahwa puasa perlu dievaluasi lagi.

  4. Pantau asupan makan anak

    Anak yang berpuasa, kebutuhan gizinya sama seperti biasa. Namun, perlu pengaturan dan strategi yang matang karena waktu makan siang, selingan pagi dan selingan sore dihilangkan.

    Untuk memudahkan anak memenuhi kebutuhan gizinya, perlu pengaturan jadwal, jumlah dan jenis makanan.

    Jadwal Makan dan Minum

     Bagun tidur                                 : Susu dan snack

    Mendekati azan Subuh           : Makanan menu lengkap dan air putih

    Saat azan Magrib                      : Susu dan kurma/jus buah

    Setelah Magrib                          : Sup, krekers atau salad

    Setelah Setelah Tarawih        : Makanan menu lengkap dan air putih

     Sebelum tidur                            : Air putih atau susu

                   

    Jumlah Makanan

    Untuk mempermudahkan pemorsian makan, bagilah piring dalam empat bagian. Masing-masing bagian terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayur. Jangan lupa untuk menyertakan buah pada waktu sahur dan berbuka. Makan tidak perlu berlebihan dan terburu-buru.

    Jenis Makanan

    Pilih jenis karbohidrat kompleks dan makanan kaya protein hewani maupun nabati.

    Serat dapat diperoleh dari sayur dan buah.

    Snack lebih disarankan berupa kacang-kacangan dan buah, dibandingkan dengan coklat, kue manis dan makanan berlemak tinggi.

    Makan sahur disarankan mendekati waktu azan subuh untuk memperpendek periode puasa.

    Hindari makanan yang terlalu pedas dan berlemak karena dapat memicu ‘heartburn’atau sensasi terbakar pada dada.

    Hindari minuman berkafein untuk mencegah pengeluaran cairan yang berlebih melalui urin.

  5. Pastikan asupan cairan terpenuhi

    Dehidrasi merupakan kondisi yang harus dicegah. Asupan cairan harus dipenuhi saat sahur dan berbuka. Bagi ana-anak, cairan yang lebih disarankan adalah susu. Di dalam susu, terkandung aneka ragam zat gizi yang rata-rata sulit dipenuhi oleh anak jika hanya mengandalkan dari makanan. 

  6. Aktifitas Fisik dan Olah Raga

    Batasi permainan atau aktivitas olahraga yang menguras terlalu banyak tenaga dan cairan. Programkan olahraga ringan selama 15-20 menit pada sore hari menjelang berbuka.

Leave a comment

Dampak Covid