Sampah Makanan dan Kerusakan Lingkungan

Selama ini banyak yang tidak menyadari bahwa membuang makanan memiliki efek negatif yang sangat besar pada bumi. Diperkirakan sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi di dunia ini hanya terbuang sia-sia. Banyaknya makanan yang terbuang tersebut terdiri buah-buahan, sayur-sayuran, daging, susu, seafood, dan biji-bijian yang berjumlah kurang lebih 1,3 milyar ton. Sementara, di sisi lain masih banyak orang yang kekurangan makanan. Sekitar 462 juta orang dewasa di dunia mengalami kekurangan gizi. Selain itu, 45% kematian balita berkaitan dengan kekurangan gizi (WHO, 2019). Menurut Dr Branca (Director of the Department of Nutrition for Health and Development at the World Health Organization), “Malnutrisi merupakan isu permasalahan kompleks, namun menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan di dunia.”

Dalam skala rumah tangga, membuang makanan sering dianggap sebagai hal yang sepele karena efeknya tidak langsung dirasakan. Padahal jika dihitung, makanan yang dibuang bisa digunakan untuk memberi makan orang-orang yang lebih membutuhkan dan kekurangan gizi.

Makanan yang terbuang sia-sia tidak hanya menjadi masalah sosial dan kemanusiaan, namun juga menjadi masalah lingkungan. Ketika makanan terbuang sia-sia, hal tersebut berarti semua energi dan air yang telah digunakan untuk pertumbuhan, pemanenan, pengangkutan, dan pengemasan juga terbuang sia-sia. Makanan yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan membusuk, akan menghasilkan gas metana yang menimbulkan efek rumah kaca. Metana lebih membahayakan dibandingkan dengan karbon dioksida, karena metana berperan besar terhadap proses penipisan lapisan ozon. Jika pembuangan makanan bisa benar-benar ditekan, maka sekitar 11% dari emisi gas rumah kaca dapat dikurangi. Di US saja, emisi gas rumah kaca yang dibentuk dari makanan yang terbuang sia-sia setara dengan 37 juta mobil. Bagaimana dengan emisi yang ditimbulkan oleh makanan yang terbuang di seluruh dunia?

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana meminimalkan makanan yang terbuang sia-sia pada makanan yang telah diproduksi.  Ada beberapa aksi sederhana yang dapat berpengaruh besar pada lingkungan, diantaranya:

  • Rencanakan yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan

    Buatlah rencana belanja dan berbelanjalah sesuai dengan rencana. Pergi berbelanja tanpa perencanaan atau dalam kondisi perut kosong dapat mengakibatkan kita belanja berlebihan.

  • Gunakan freezer dengan bijaksana

    Membeli bahan makanan segar dalam kondisi beku akan mempermanjang ketahanan makanan. Cara lain dapat dilakukan dengan menyimpan makanan yang telah diolah dalam kondisi beku.

  • Berkreasilah dengan sisa makanan

    Sebelum berbelanja, gunakan dulu apa yang sudah dimiliki di rumah. Cari resep makanan dari bahan makanan yang sudah ada. Saat ini banyak aplikasi yang dapat memudahkan kegiatan ini.

  • Blender, panggang, atau rebus

    Sayur dan buah yang terlalu matang biasanya kurang menarik. Namun, bisa diantisipasi dengan dibuat makanan yang lain, misalnya smoothies, selai, roti, saus, atau kaldu sup.

  • Mempromosikan kepada lingkungan sekitar tentang pentingnya memanfaatkan makanan sebaik mungkin

    Mencegah makanan terbuang sia-sia merupakan cara paling efektif dalam melindungi bumi. menghindari produksi makanan yang tidak termakan dapat menghemat tanah, air, energi yang seharusnya digunakan untuk memprosesnya. Kesadaran dan kepekaan merupakan langkah awal yang penting. Dengan mengedukasi konsumen tentang mencegah membuang makanan, maka diperkirakan dapat mencegah pembentukan 2,3 juta ton emisi gas rumah kaca.

 

Sumber bacaan:

WWF. Fight climate change by preventing food waste. Diakses dari https://www.worldwildlife.org/stories/fight-climate-change-by-preventing-food-waste

WHO. 2019. Malnutrition is a world health crisis. Diakses dari https://www.who.int/nutrition/topics/world-food-day-2019-malnutrition-world-health-crisis/en/

Leave a comment

Dampak Covid