Resiko Gizi Anak Usia Sekolah

                Setiap tahap perkembangan anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Sejak anak dalam kandungan hingga usia remaja, resiko malnutrisi anak selalu muncul. Salah satu tahapan usia yang cukup krusial namun kadang masih terabaikan adalah usia sekolah. Ketika anak mulai memasuki usia sekolah dasar, kebiasaan makan mulai berkembang. Keluarga, sekolah, lingkungan berpengaruh terhadap ketersediaan makan dan pilihan makanan. Namun, anak mulai bertanggung jawab atas makanan mereka sendiri. Masa transisi ini penting untuk membangun kebiasaan makan yang sehat pada anak. Secara umum, permasalahan gizi anak usia sekolah adalah asupan makanan bergizi yang rendah dan asupan camilan tidak sehat yang terlalu banyak.

                Permasalahan yang dihadapi oleh anak usia sekolah antara lain kekurangan zat gizi makro, kekurangan zat gizi mikro, dan malnutrisi. Kekurangan zat gizi makro mempengaruhi konsentrasi dan partisipasi anak di kegiatan sekolah. Kekurangan zat gizi makro kebanyakan disebabkan karena melewatkan makan sarapan atau makan terlalu sedikit. Akibatnya perut terasa kosong dan merasa kelaparan di sekolah. Kekurangan zat gizi mikro juga mempengaruhi performa anak di sekolah. Zat gizi mikro yang sering tidak terpenuhi antara zat besi (anemia). Anemia dapat mengakibatkan keletihan dan kurangnya perhatian anak saat pembelajaran. Kecukupan asupan zat gizi (terutama membiasakan sarapan) berkaitan dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi.

                Di beberapa negara, permasalahan-permasalahan gizi pada anak usia sekolah diatasi dengan salah satunya program makan sekolah. Pada program pemerintah Bhutan misalnya, permasalahan gizi anak usia sekolah dianalisis terlebih dahulu. Permasalahan yang mereka hadapi adalah anemia yang tinggi, menu makan dengan zat gizi mikro rendah (vitamin B dan zink), serta kurangnya variasi makan. Program dari pemerintah untuk sekolah di Bhutan adalah fortifikasi pada nasi selaku makanan pokok. Selain fortifikasi, menu sekolah juga dievaluasi untuk meningkatkan variasi serta kandungan gizi.

                Di Indonesia sendiri, program intervensi gizi yang sudah dilakukan sejak tahun 2016 adalah Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) dari Kemendikbud. Bentuk kegiatannya adalah pemberian asupan gizi dan pendidikan gizi pada siswa SD yang terindikasi mengalami defisit asupan gizi dan protein di wilayah yang memiliki tingkat stunting tinggi. Program dilakukan secara bertahap ke berbagai wilayah di Indonesia. Progras berawal dari empat kabupaten, yaitu tiga di Nusa Tenggara Timur dan satu di Banten. Tahun 2017 meluas di 11 kabupaten pada lima provinsi dan tahun 2018 meluas menjadi 64 kabuparen pada 20 provinsi. Pada tahun 2019, ProGAS telah mencapai wilayah Demak, Jawa Tengah.

Sumber bacaan:

UNICEF (2019). The State of the World’s Children 2019. Children, Food and Nutrition: Growing well in a changing world. UNICEF, New York.

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/09/kemendikbud-cegah-kekurangan-gizi-peserta-didik-melalui-program-gizi-anak-sekolah-2018

https://dindikbud.demakkab.go.id/index.php/2019/08/07/program-gizi-anak-sekolah-progas/   

Leave a comment

Dampak Covid