Kenaikan Harga BBM dan Potensi Masalah Gizi

                Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi. Penurunan daya beli dalam jangka pendek terjadi karena income effect (dampak pendapatan), khususnya rumah tangga berpenghasilan rendah yang tidak memiliki ruang cukup untuk menghadapai masalah cashflow jangka pendek. Masalah gizi buruk berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan berimbas pada kesejahteraan masyarakat.

                Berbagai sektor perlu lebih waspada terhadap potensi kekurangan gizi pada masyarakat berpenghasilan rendah. Mengingat kejadian kenaikan harga BBM beberapa tahun lalu yang berefek pada munculnya masalah gizi buruk. Muncul beberapa kejadian gizi buruk di Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2005 menyatakan keprihatinannya dengan munculnya kasus balita penderita gizi buruk di wilayahnya, “Sejak harga BBM naik, memang daya beli masyarakat menjadi turun”. Semoga kejadian kasus gizi buruk karena kenaikan BBM tidak terjadi pada kenaikan BBM tahun ini. Semoga dengan adanya bansos bagi masyarakat dapat mengurangi beban masyarakat yang kekurangan.

                Pendapatan keluarga sangat menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi keluarga. Sehingga kurangnya pendapatan atau turunnya pendapatan sangat berpengaruh pada preferensi makanan. Semakin sedikit pendapatan, maka variasi makanan akan semakin sedikit. Perlu adanya tambahan pengetahuan dan keterampilan bagi keluarga berpenghasilan rendah agar lebih bijak dalam mengelola makanan keluarga. Harapannya, dengan pendapatan yang berkurang penenuhan gizi keluarga tetap bisa terpenuhi. Kelurga berpenghasilan rendah juga perlu dilatih untuk memanfaatkan potensi rumahnya, misal dengan menanam sayur sendiri. Hal ini perlu dilakukan kerjasama dari berbagai bidang. Permasalahan kenaikan BBM juga menjadi problem yang harus diantisipasi oleh bidang lain, khususnya gizi dan kesehatan.

Sumber bacaan:

http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

https://lk2fhui.law.ui.ac.id/kenaikan-harga-bahan-bakar-minyak-antara-kesejahteraan-rakyat-dan-kepentingan-pemerintah-semata-2/

https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/hadapi-dampak-kenaikan-harga-bbm-bersubsidi-menkeu-jumlah-kompensasi-jauh-lebih-besar-dari-estimasi-beban-masyarakat-kurang-mampu

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/06/nelqj1-kenaikan-bbm-era-sby-beberapa-daerah-dilanda-gizi-buruk

https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=bbm-naik-pakar-ekonomi-um-surabaya-ini-dampaknya-bagi-masyarakat-menengah-ke-bawah

Leave a comment

Dampak Covid