Kurus merupakan bentuk kurang gizi yang bersifat akut yang menyebabkan gangguan fungsi imun tubuh sehingga memperparah dan memperpanjang lama sakit infeksi serta meningkatkan resiko kematian pada anak. Hingga saat ini belum dapat dipastikan faktor resiko penyebab kurus dikarenakan faktor resiko yang diduga menyebabkan kurus juga menjadi faktor resiko bagi bentuk malnutrisi pendek dan gizi kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) merupakan faktor resiko kejadian kurus pada anak baduta di Yogyakarta.
Indonesia menempati posisi tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan prevalensi anak balita kurus sebesar 11,9 persen. Kurus merupkakan malnutrisi akut yang meningkatkan resiko kematian hingga 11 kali lipat, hal ini dikarenakan mereka yang memiliki tubuh kurus rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan praktek pemberian makan pada anak di Indonesia masih kurang baik. Hanya 18 – 45 persen anak yang diberi makan sesuai panduan WHO (World Health Organization). Hal ini juga dipengaruhi oleh masih sedikitnya peran tenaga kesehatan dalam memberikan contoh pemberian makan yang baik.
Metode penelitian ini adalah perpaduan kualitatif dan kuantitatif (kasus kontrol berpasangan) Pengambilan data dilakukan di 14 Puskesmas di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul pada 2015. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah PMBA sedangkan variabel terikat adalah kurus pada anak baduta.
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa ketidaksesuaian PMBA tidak meningkatkan risiko kurus pada anak baduta di Yogyakarta (OR=1,4; 95% CI: 0,62-3,36; p=0,523). Penelitian ini juga menunjukkan praktik pemberian makan pada anak usia 6-23 bulan juga sudah baik (di atas 80%). Namun, lebih dari separuh responden penelitian mengalami defisiensi asupan energi. Hal ini dapat disebabkan karena responden sudah menerima berbagai macam makanan namun jumlahnya belum memenuhi. Selain itu banyak responden mengalami Infeksi Saluran Pernapaan Akut (ISPA).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan pada bayi dan anak dengan kurus pada baduta
Masih banyak dari kita yang tidak mengetahui maupun bingung bagaimana pola makan yang sehat dan seimbang serta memenuhi nutrisi yang bergizi. Masih banyak pula salah kaprah yang terjadi di masyarakat mengenai bagaimana pola makan bergizi seimbang. Berikut ini merupakan tips mudah mengikuti pola makan sehat seimbang.
SEMARANG, KOMPAS.com – Terkadang masih banyak dari kita yang bingung porsi makan seperti apa yang tepat dan memenuhi unsur nutrisi yang sehat dan seimbang.
Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD berbagi tipsnya kepada Kompas.com.
Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI
Bekerjasama dengan
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM
menyelenggarakan
Webinar Best Practices: Penggunaan Evidence
untuk Pengambilan Keputusan Gizi
Rabu, 6 Maret 2019
10.00 – 11.30 Wib
Auditorium Gedung Pascasarjana Tahir Foundation Lt.1
Pengantar
Dalam konteks desentralisasi kesehatan, program – program gizi bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat saja, melainkan juga pemerintah provinsi, kota, maupun kabupaten. Sehinggga perlu ada mekanisme untuk mengetahui best practice yang telah dilakukan hingga level kota maupun kabupaten. Dalam hal Knowledge Management, penyebaran informasi mengenai best practice dapat dilakukan secara jarak jauh karena teknologi informasi memungkinkan berbagai kegiatan Knowledge Management dilakukan sehingga mampu memotong jarak, biaya dan waktu dengan kualitas output yang cukup baik.
Untuk mendukung proses Knowledge Management, Jaringan Pangan dan Gizi menganggap knowledge menjadi sebuah aset sehingga dengan menggunakan konsep webinar yang merupakan salah satu solusi pada era digital saat ini untuk dapat menyebarkan informasi mengenai Best Practices terkait pengguna evidence untuk pengambilan keputusan Gizi di Kabupaten Luwuk. Hal ini memungkinkan orang yang memiliki keterbatasan waktu dan jarak dapat difasilitasi untuk dapat berdiskusi jarak jauh melalui teknologi webinar
Tujuan
Adapun tujuan dari webinar ini adalah agar Best Practices tentang Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi di Kabupaten Banggai dapat disebarluaskan untuk peningkatan ilmu pengetahuan.
Sasaran Peserta
Anggota jejaring pangan dan Gizi
Staf Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan
Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Gubernur, Bupati/Walikota, dan camat se-Indonesia
Mahasiswa Gizi Kesehatan FK-KMK UGM
Alumni S2 IKM FK – KMK UGM
Dosen, Peneliti, dan Konsultan di bidang Gizi Masyarakat
Hasil yang diharapkan
Peningkatan pengetahuan oleh semua peserta terkait praktik baik Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi yang telah dilakukan oleh Kabupaten Banggai.
BANJARMASIN – Masih relatif tingginya fenomena stunting akibat kekurangan gizi pada anak menjadi salah satu fokus utama pada Peringatan Hari Gizi Nasional Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ke 59, Minggu (10/2/2019).
Berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk tekan rasio stunting di Banua juga dilakukan pada kegiatan yang difokuskan di Area Siring 0 KM Banjarmasin oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel.
Diantaranya demo memasak sarapan gizi seimbang oleh DPC Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Kalsel, Chef Khusnuddin.
KEMBANGAN – Sebanyak 10 persen dari jumlah balita yang berada di Jakarta Barat diakui masih mengalami tiga masalah kesehatan.
Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Kota Jakarta Barat, Yunus Burhan menyebutkan, tiga masalah kesehatan tersebut ialah berkiatan dengan gizi.
“Di Jakarta Barat masih ada tiga masalah yang pertama itu ialah adanya anak-anak kita masih stunting, kemudian yang kedua kurus, kemudian yang ketiga yaitu obesitas atau kegemukan. Itu permasalahan yang memang sedang kita hadapi,” tutur Yunus dalam peringatan Hari Gizi Nasional ke-59 di Ruang MH Thamrin, Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Selasa (12/2/2019).
Jakarta – Beberapa waktu lalu, dua hari berturut-turut sebuah koran ternama Tanah Air mengulas data perihal gizi buruk yang menimpa anak Indonesia Timur. Dalam koran itu dijelaskan bahwa status gizi anak balita di wilayah timur memasuki tahap mengkhawatirkan. Wilayah yang paling tinggi terjangkit malnutrisi adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Anak balita berstatus gizi buruk di NTT pada 2018 mencapai 29,5 persen. Secara nasional angka ini lebih tinggi dibandingkan wilayah Maluku dan Papua Barat. Bukan berarti kedua wilayah itu lebih baik, melainkan banyak kasus gizi buruk banyak tak terlaporkan.
Jakarta – Presiden RI, Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowimengatakan sumber daya manusia yang baik merupakan prasyarat utama agar Indonesia bisa keluar dari negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju.
“Inilah mengapa diperlukan kesehatan. Kesehatan sangat basic sekali, jangan sampai bicara kompetisi tapi kita memiliki stunting,” ujarnya dalam acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di ICE BSD, Tangerang Selatan, Selasa (12/2/2019).
Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi
Pada 6 Maret 2019, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM bekerja sama dengan Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI mengadakan acara Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi dengan narasumber Prof. dr. Laksono Trisantoro, M.Sc, PhD, H. Ir. Herwin Yatim, MM selaku Bupati Kabupaten Banggai dan Kepala Dinas Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr Anang S Otuluwa, M.Kes. Sejumlah orang mengikuti kegiatan ini dari luar UGM melalui webinar.
“Penguatan dan Diseminasi Pangan Fungsional untuk Kesehatan Masyarakat”
P3FNI (Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia) bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Mini Simposium dengan tajuk “Penguatan dan Diseminasi Pangan Fungsional untuk Kesehatan Masyarakat”. Acara ini berlangsung pada Kamis, 17 Januari 2019. Berbagai materi presentasi dari kegiatan tersebut dapat diakses pada link berikut
ALAT EFEKTIF UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ANEMIA GIZI
Anemia sebagai permasalahan kesehatan masyarakat merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normalnya, yang dapat mempengaruhi kira-kira sepertiga populasi dunia, dan lebih dari 800 juta diantaranya adalah wanita dan anak-anak. Anemia dapat dikaitkan dengan hasil perkembangan kognitif dan motorik yang buruk pada anak-anak, dapat menyebabkan kelelahan dan produktivitas rendah. Jika terjadi pada kehamilan, maka dapat dikaitkan dengan buruknya hasil kelahiran (termasuk berat lahir rendah dan prematur) serta kematian pada ibu dan perinatal.
Berikut dokumen yang dapat bapak/ibu gunakan dalam membuat perancangan dan implementasi strategi berbasis nutrisi yang komprehensif untuk memerangi anemia gizi. Dokumen ini bisa menjadi alat yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian anemia, agar dapat membuat keputusan berdasarkan informasi tentang tindakan nutrisi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan anemia gizi. Hal-hal terkait saran, langkah, dan tindakan yang diusulkan untuk dapat dilaksanakan oleh petugas, termasuk pembuat kebijakan, ekonom dan staf teknis dan bahkan sampai pada level program di kementerian dan organisasi yang terlibat dalam desain, implementasi dan peningkatan tindakan kesehatan masyarakat terkait gizi.
Selain itu, dokumen ini menyajikan aspek-aspek kunci yang harus dipertimbangkan ketika implementasi program untuk deteksi dan pengendalian anemia di tingkat nasional atau regional. Manual ini dimaksudkan untuk berkontribusi pada diskusi di antara para pemangku kepentingan ketika memilih atau memprioritaskan intervensi yang akan dilakukan dalam konteks memerangi anemia gizi